TARAJU, (KAPOL).- Meskipun harga cabe merah dan cabe rawit di pasaran beberapa minggu ini mengalami kenaikan yang sangat tinggi, akan tetapi sejumlah petani cabai di Tasikmalaya tidak merasakan dampak keuntungan atas kenaikan harga tersebut.
Bahkan para petani seolah merugi, karena justu sedang dipusingkan dengan maraknya berbagai hama penyakit dan virus yang menyerang tanaman cabe mereka.
Hal itu diakui Ahmad Yani, salah seorang petani cabe warga Desa Taraju Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya.
Ia mengatakan, tingginya harga cabe di pasaran akibat banyaknya petani yang gagal panen. Tanaman cabe mereka habis diserang hama dan virus, hingga tidak berbuah. Yang ada tanaman cabe mengering dan mati.
“Para petani bahkan ada yang baru tiga bulan tanam sudah habis dimakan hama. Harga tinggi dipasaran justru tidak dirasakan oleh kita. Sebab kita harus menjaga tanaman cabe dengan baik dari serangan hama,” ujar Ahmad Yani.
Ditambahkan dia, berbagai upaya untuk membasmi hama dan virus itu sudah dilakukan oleh para petani.
Namun sejauh ini hasilnya belum terbukti. Kebanyakan petani memanen lebih awal tanaman cabai mereka untuk mengurangi resiko rugi besar.
“Jangankan saya yang bodoh, bahkan penyuluh pertanian juga tidak tahu namanya penyakit atau virus itu. Kami mohon kepada pemerintah untuk membantu dalam membasmi virus tersebut karena kalau tidak kami terus merugi,” tambah Ahmad Yani.
Ditenggarai tanaman cabe para petani diserang hama tungo, trip dan patek ditengarai sebagai penyebab matinya tanaman cabai milik petani. Biasanya dalam satu pohon bisa dipetik delapan hingga sepuluh kali panen.
Namun dalam tiga bulan terakhir hanya bisa dilakukan empat sampai lima kali panen saja.
Dalam satu bulan ini harga cabe rawit maupun cabe merah menembus harga Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per kilogram. Harga tersebut sangat memberatkan pembeli.
Akan tetapi dengan pasokan dan ketersediaan cabe yang terbatas membuat harganya tidak bisa bergeser lebih murah.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Roni M Sahroni mengakui, jika tingginya harga cabe di pasar diakibatkan dari banyaknya petani cabe di Kabupaten Tasikmalaya yang mengalami gagal panen.
Alhasil, pasokan cabe ke pasaran berkurang dan harga jadi melambung tinggi.
“Dalam kondisi ini hukum ekonomi berjalan, artinya pasokan kurang otomatis harga jadi naik,” ujar Roni.
Ia menambahkan, gagal panen petani cabe diakibatkan karena adanya serangan hama panyakit dan virus. Hal itu membuat tanaman cabe membusuk dan tidak bisa dipanen.
Hal itu juga berdasarkan monitoring pihak Dinas Pertanian di sejumlah sentra penghasil cabe seperti Kecamatan Taraju dan Bojonggambir.
“Banyak faktor salah satunya hama pantek jadi petani harus memanen lebih awal. Cuaca juga berdampak buruk pada kondisi tanaman cabe sehingga banyak yang mati,” tambahnya.
Pihaknya meminta kepada penyuluh pertanian di lapangan untuk membantu para petani dalam membasmi hama dan mengubah pola tanam.
Sehingga tidak terjadi gagal panen secara menyeluruh dan mengakibatkan pasokan berkurang. (Aris Mohamad F)***