GARUT, (KAPOL).- Universitas Garut (Uniga) bekerjasama dengan Kemenpora, Koni, Disbudpar Garut menggelar Lomba Olah Raga Tradisional se-Kabupaten Garut selama dua hari, Selasa-Rabu (30-31/7) di Kampus Uniga Jalan Raya Samarang, Hampor, Tarogong Kaler, Garut.
Rektor Universitas Garut, Abdusy Syakur Amien mengatakan, kegiatan ini menarik sekali paling tidak sudah dapat dilihat keberhasilan mengangkat olah raga tradisional untuk tingkat internasional, yakni pencak silat.
“Pencak silat itu salah satu cabang olah tradisonal asal indonesia. Berarti olah raga itu punya potensi untuk diangkat ke tingkat yang lebih luas lagi,” kata Syakur seusai membuka secara resmi Lomba Olah Raga Tradisional tersebut, Selasa (30/7/2019).
Untuk mengangkat ke tingkat lebih luas lagi, kata Syakur, harus melalui proses sosialisasi, masalilasi, dan regenesasi untuk semua generasi.
“Saya tertarik untuk terus menerus budayakan kepada masyarakat dan kita pancing dengan penghargaan penghargaan memadai sehingga anak bangsa tetap suka dan mau beraktivitas dengan olah raga tradisional,” ucapnya.
Akan tetapi, kegiatan ini tetap harus didukung oleh pemerintah daerah dan pusat.
Menurut Syakur, ada yang menarik pada olah raga tradisional ini sesuai dengan budaya bangsa. Jadi ketika menghadapi era globalisasi bangsa itu punya ciri khas adalah budaya.
“Nah, ini saya harapkan juga selain menunjukan prestasi kita juga menunjukan bahwa ini adalah bangsa indonesia yang memiliki olah raga trasdisional. Kegiatan ini yang pasti bekerjasama dengan Kemenpora, Disparbud, dan Koni,” ujarnya.
Sementara itu, Abdul Latif selaku Kepala Sub Bidang Pengkajian Olahraga Tradisional pada Kemenpora RI mengatakan, kegiatan dengan tema Lestarikan Budaya Bangsa Demi Meraih Prestasi Dengan Menjungjung Spertivitas ini diharapkan, dapat menghasil kan prestasi yang tidak hanya di tingkat Provisni tetapi juga Nasional dan Internasional.
“Saya apresisi kegiatan yang dilaksanakan uniga ini. Dan lomba tradisional ini dapat diminati generasi muda, generasi milenial. Dan saya berharap olahraga tradisional ini tidak hanya menjadi kenangan lama tapi juga manjadi bagian kita dalam rangka mengolahragakan masyarakat dalam rangka hidup sehat. Pada intinya sehat iru adalah melakukan gerakan,” ujarnya.
Latif menyebutkan, olah raga tradisional ini yang sudah dibakukan oleh Kemenpora ada 11 cabang olah raga.
“Namun yang sering dipertandingkan ada lima cabor. Kenapa 11 cabor ?, karena hasil riset dari masing masing provinsi ternyata ada kesamaan jenis cabor hanya berbeda istilah atau namanya saja,” ujar Abdul Latif.
Ia menuturkan, pada tahun depan di Kalimantan akan ada penyelenggaraan pekan olahraga tradisional tingkat nasional.
“Makanya, setiap daerah harus mempersiapkan dari sekarang dengan berbagai kegiatan lomba olah raga tradisional,” kata Latif. (Dindin Herdiana)***