SINGAPARNA, (KAPOL). –Ratusan siswa SD, SMP dan SMA serta sederajat dari sekolah yang berada di wilayah Singaparna, Leuwisari, Sukarame dan sekitarnya berbondong-bondong datangi museum keliling yang digelar Museum Nasional Jakarta kerja sama Pemkab Tasikmalaya sejak Sabtu hingga Senin, (22/7/2019).
Pada pameran prasasti peninggalan sejarah tersebut, museum nasional Jakarta mendatangkan prasasti dari sejumlah daerah, di antaranya peninggalan kerajaan Sriwijaya Palembang dan Prasasti Kawali Ciamis.
Namun semuanya dalam bentuk reflika.
Tidak bagi prasasti Gegerhanjuang atau Prasasti Linggawangi. Meseum nasional Jakarta membawa prasasti ini dalam bentuk aslinya sehingga prasasti cikal bakal Tasikmalaya ini diperlakukan sangat khusus termasuk diberi pembatas dan tak boleh disentuh.
Meski dipajang dan diperlakukan khusus, tetapi saat KP” menanyakan kepada belasan anak sekolah, semuanya tak mengenal prasasti Gegerhanjuang apalagi sejarahnya. Mereka datang sebatas memenuhi ajakan guru-gurunya sekaligus menambah ilmu dan wawasan terkait sejarah nusantara termasuk sejarah Tasikmalaya.
“Gegerhanjuang itu,,, ya itu seperti yang ditulisan itu,”ucap Ahmad Ridwan, salah seorang siswa SMPN 2 Singaparna saat ikut bersama rombongan ratusan siswa yang datang ke meseum keliling di basement Setda Kabupaten Tasikmalaya, Senin (22/7/2019).
Pun sama saat “KP” menanyakan Gegerhanjuang itu berada di kecamatan mana, mereka pun tak ada satu pun yang tahu. Namun setelah mendapat penjelasan dari petugas meseum nasional, baru mereka menirukan ucapan tersebut.
Hal itu pun diakui oleh guru-gurunya yang datang mendampingi siswa ke meseum nasional keliling.
“Iya, anak-anak banyak yang kurang faham tentang sejarah Tasikmalaya. Jangankan anak-anak, orang dewasa juga banyak yang kurang tahu sejarah daerahnya sendiri, “ucap salah seorang guru SMPN 2 Singaparna Lita Mulyati didampingi guru lainnya yakni Wesi Kusuma dan Ernita Ruganda.
Meski demikian, mereka mengaku bangga prasasti Gegerhanjuang yang berpuluh-puluh tahun berada di meseum nasional Jakarta kini hadir di hadapan mereka. Tak hanya bentuk aslinya, mereka dan siswa bisa belajar dan mengetahui sejarahnya dari petugas meseum yang jaga prasati.
“Bagus, senang dan tentunya bangga. Karena selama ini yang saya lihat di Gegerhanjuang Desa Linggamulya reflikanya. Dan ternyata aslinya seperti ini sekaligus mengetahui penjelasan sejarahnya dari ahlinya. Dan memang sengaja membawa anak sekolah, biar sekaligus belajar. Mumpung ada di sini (Singaparna) jadi gak perlu jauh-jauh ke Jakarta, “ucap mereka.
Sementara itu menurut petugas Museum Nasional Jakarta bidang pameran Budiman menjelaskan, sehari-harinya prasasti Gegerhanjuang tak dipajang di display tetapi disimpan di storage meseum.
“Tapi biasanya prasasti dipajang di display giliran kok per periodik.Hanya saja untuk prasasti ini memang lamanya di storage. Mungkin kalah pamor dengan prasasti yang skala nusantara seperti kerajaan Kutai, Tarumanagara, Sriwijaya, Mataram dan Majapahit,” ucapnya. (Teguh Arifianto) ***