Bu Guru cantik berhijab ini punya perhatian khusus terhadap seni anyam. Menurutnya, seni anyam mengajari kita keseimbangan.
“Kepala diasah, tangan berkarya, hati peka. Nah, ketika ketiganya diterapkan… Maka hasilnya adalah inovasi,” tuturnya, Minggu (14/1/2018) kepada kabarpriangan online.
Namanya Ariana (38), guru SDN Gentra Masekdas Tarogong 1, Kabupaten Garut.T Tahun2017 lalu, ia merupakan finalis kriya anyam tingkat Nasional.
Melihat talentanya, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut memberinya tanggung jawab untuk menjadi pelatih peserta FLS2N Kabupaten Garut ke tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2015 dan tahun 2016. Sayang, mata lomba kriya anyam kini ditiadakan dalam FLS2N.
Bahan baku untuk anyaman yang dibuat Ariana kebanyakan menggunakan pelepah pohon pisang. Bahan pelepah itu diolah sedemikian rupa dan kemudian dianyam menjadi sebuah bentuk.
Hasilnya mencengangkan. Sebuah wadah multiguna (bisa wadah pulpen, kertas, atau apa saja) dengan bentuk inovatif berhasil diciptakan tangan lentik Bu Guru ini. Ujung atasnya dibentuk menyerupai ekor lumba-lumba atau paus.
Itu salah satu karya Ariana yang hingga kini tersimpan di rumahnya di Muarasanding Regency, Kecamatan Garut Kota.
Masih banyak karya-karya Ariana yang lainnya yang tak kalah bagus.
Ariana mengaku tak pernah mendapatkan pendidikan khusus dalam seni anyam. Keterampilan itu ia peroleh saat masih duduk di bangku SD.
“Guru SD saya yang mengajarkan dan alhamdulillah hingga kini tetap membekas, sehingga bisa ditularkan kepada anak didik saya,” katanya.
Di luar keahliannya dalam anyaman, guru kelas V yang tahun 2014 lalu diangkat PNS ini, juga merupakan peserta terbaik penyegaran instruktur kabupaten se- Priangan Timur.
Selain menjadi guru, Ariana juga memang dipercaya oleh Disdik Garut menjadi instruktur untuk memberikan training guru-guru SD se-Kabupaten Garut.
Ia terpilih menjadi instruktur untuk guru-guru karena memiliki nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) yang sangat bagus tahun 2015 lalu.
“Sebagai instruktur saya memiliki tanggung jawab untuk menaikkan kompetensi dan profesionalitas rekan guru SD yang lain,” ungkapnya.
Sebagai guru, Ariana mengaku banyak belajar, bukan hanya dari buku atau sumber belajar resmi lainnya. Menurutnya, anak didik pun merupakan sumber belajar yang tak kalah menarik. Dari mereka Ariana bisa menimba banyak hal.
“Itulah mungkin kenapa saya akhirnya ngerasa dapat “soul” menjadi guru SD, karena buat saya ketika di SD sangatlah menyenangkan, maka bakat dan talenta akan terlahirkan,” ungkapnya.
Mengenai keahliannya di bidang anyaman pelepah pisang, Ariana mengaku memiliki minat mengembangkannya.
“Mudah-mudahan saya ketemu dengan orang-orang yang konsen di situ (kriya anyaman pelepah pisang). Pelepah pisang barang bekas yang bisa diolah,” katanya.
Ia berharap di Garut ada komunitas anyaman sebagaimana Selaawi yang konsen dengan anyaman bambu. (Enjang S/kapol)***