Produksi Jagung Belum Sebanding Kebutuhan

KAB. TASIK20 views

SINGAPARNA, (KAPOL).-Kebutuhan jagung sebagai salah satu komoditi pakan ternak ayam di Kabupaten Tasikmalaya bisa dikatakan sangat tinggi. Akan tetapi secara produksi, jagung hasil pertani lokal di daerah masih sangat rendah.

Salah satu contoh, dari data yang tercatat di Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun 2018 hingga bulan Februari 2019 ini di Kecamatan Karangnunggal saja misalnya, rata-rata kebutuhan jangung per bulannya mencapai 300 ton.

Sedangkan kemampuan produksi jagung di wilayah tersebut baru mencapai 50 ton per bulan. Maka untuk menutupi kebutuhan jagung bagi para peternak terpaksa menggantungkan kiriman dari daerah luar Tasikmalaya.

“Kita akui jumlah kebutuhan jagung di Karangnunggal sangat besar setiap bulannya. Sedangkan kemampuan produksi para petani jagung di Kabupaten Tasikmalaya ini belum dapat memenuhi jumlah kebutuhan masyarakat,” jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Roni Ahmad Syahroni kepada wartawan, Selasa (5/3/2019).

Maka solusi strategis untuk menutupi kebutuhan jagung di Kabupaten Tasikmalaya khususnya di Kecamatan Karangnunggal, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mencanangkan Tasikmalaya lumbung jagung.

Pemkab Tasikmalaya ini memiliki lahan yang sangat luas. Bahkan banyak lahan di antaranya saat ini, dalam kondisi tidak produktif.

“Maka kita akan dorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan tersebut menjadi kebun jagung. Kita siapkan benihnya dan memberikan pembinaan kepada para petaninya,” ujar Roni.

Ditambahkan, geliat para petani untuk menanam jagung di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan seiring dengan intensitas kegiatan sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan pemerintah melalui Dispertan Kabupaten Tasikmalaya.

Bahkan pada bulan Maret ini direncanakan akan dilaksanakan panen raya Jagung di Kecamatan Bantarkalong yang akan dibuka oleh Bupati Tasikmalaya, H. Ade Sugianto.

Hal itu dilakukan guna menuju Kabupaten Tasikmalaya yang swasembada jagung. Memang bukan hal sederhana sebab dibutuhkan waktu dan keuletan serta konsistensi untuk merubah paradigma masyarakat petani yang masih memandang bahwa menanam jagung itu tidak menguntungkan.

“Mereka lebih tertarik untuk menanam padi. Di samping itu juga sumber daya manusia yang masih terbatas menjadi salah satu kendala,” ujarnya. (Aris Mohamad F)***