CIBEUREUM, (KAPOL).-Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, Soetrisno Bachir berharap masyarakat dapat mengubah pola pikir agar pusat perekonomian di pesantren dapat terwujud.
Para santri harus bisa menjadi wirausahawan. Jangan pernah mengatakan tidak bisa, ucapan itu doa lebih baik diaminkan saja.
“Mau kan jadi pengusaha, Janji tepat waktu, jangan lari dari utang dan jangan minder. Saya mengalami bangkrut berkali-kali, Tapi mampu bangkit,” katanya usai melaksanakan Dialog Strategi Menumbuhkan Jiwa Kewiraushaaan Pesantren di Tasikmalaya, di Pondok Pesantren Raudlatul Muta’alimin Cilendek Kota Tasikmalaya, Jumat (3/5/2019).
Dikatakannya, Percepatan ekonomi syariah yang digulirkan pemerintah harus diimbangi dengan kesiapan masyarakat. Salah satunya percepatan ekonomi tersebut dipusatkan di pesantren di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu pola pikir merupakan kunci untuk mewujudkan hal tersebut.
“Persiapannya mulai dari pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK). Di sini mau buat Roti ya Pa Ate, kalau bisa juga bengkel karena ada potensinya. Yang penting ada kontinuitas dalam bimbingan hingga menjadi pengusaha,” katanya.
Ia berharap pesantren juga menjadi garda ekonomi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Terlebih banyak komoditi impor bahan sayuran dan buah-buahan yang menjadi peluang ekonomi.
“Jawa Barat ini subur, bisa ditanami apa saja. Lembaga pesantren bisa menjadi motor dalam pemenuhan kebutuhan bersama petani,” ujarnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatul Muta’alimin Cilendek, KH Ate Musodiq mengatakan jadi persoalan hari ini bagaimana mengentaskan kebodohan dan kemiskinan. Paradigma melahirkan wirausahawan bukan lagi santri yang ingin mencari kerja.
“Dulu santri ngaji kitab, sekarang bagaimana membangun ekonomi supaya tidak ketinggalan,” kata KH Ate, yang juga Ketua MUI Kota Tasikmalaya.(Erwin RW)***