PAGERAGEUNG, (KAPOL).-Masyarakat Desa Puteran, Kecamatan Pagerageung khususnya yang memiliki lahan persawahan di kampung Puteran Kaler mengkritisi pembangunan irigasi Ciranji.
Betapa tidak saluran irigasi yang dibangun dengan anggaran ratusan juta rupiah tahun 2017 itu dinilai warga masih jauh dari harapan. Justru malah mempersempit aliran irigasi yang ada.
Dampaknya irigasi yang menjadi sumber kehidupan bagi warga Puteran tersebut tidak bisa menampung air saat hujan atau saat debit air besar. Dan baru-baru ini pada bagian irigasi yang belum dibangun jebol akibat luapan air. Hektaran sawah warga yang baru ditanam pun rusak.
Tokoh masyarakat Desa Puteran, H Undang Saefudin mengatakan, irigasi Ciranji posisinya sangat dibutuhkan oleh warga Desa Puteran. Karena menjadi sumber air bagi puluhan hektar sawah warga.
Namun sayang pembangunan irigasi yang dilakukan tahun 2017 kemarin, justru malah mempersempit lebar irigasi. Sehingga tidak bisa menampung debit air besar. Dan kemarin sebagai dampaknya irigasi yang belum dibangun jebol dan air semuanya tumpah ke sawah warga hingga mengakibatkan kerusakan.
“Aliran irigasi ini lebar awalnya dua meter, lalu terjadi penyempitan dan kini ada proyek pembangunan irigasi lebarnya malah dipersempit lagi dan saluran irigasi lebarnya tinggal satu meter. Saat debit air besar jelas air tidak tertampung,” katanya Ahad 18/3/2018).
Bukan hanya itu jelas dia, pondasi irigasi juga terlihat asal-asalan. Buktinya baru saja selesai dibangun sudah bocor dimana-mana. Padahal seharusnya kalau bangunan baru dengan kualitas bagus tidak akan ada bocor
“Heran proyek jaman sekarang pengerjaannya cenderung asal-asalan. Mengejar keuntungan saja sedangkan fungsinya diabaikan. Kalau menurut saya ini hanya menghamburkan uang negara saja,” jelasnya.
Ia meminta agar proyek pembangunan harus lebih memberi manfaat bagi masyarakat, bukan malah sebaliknya proyek pembangunan malah berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya.
Saluran air Ciranji sebuah saluran irigasi yang melintas di tengah tengah persawahan warga. Awalnya irigasi tersebut memiliki lebar dua meteran. Itu bisa dilihat dari pondasi bangunan irigasi yang telah ada sejak puluhan tahun lalu.
Kemudian ada penyempitan saluran karena warga membangun irigasi dengan tanah dan pagar bambu yang mengalami penyempitan hingga setengah meter. Kini dengan proyek pembangunan irigasi lebarnya malah dipersempit lagi menjadi satu meter saja.
“Harusnya kalau ada proyek normalisasi irigasi ya dikembalikan ke posisi asal bukan malah dipersempit. Jadi fungsi irigasi tetap dan bahkan lebih,” ujar H Undang lagi.
Pegawai Desa Puteran, Aceng mengakui pihaknya sudah mengingatkan pihak pelaksaan pembangunan proyek irigasi tersebut agar pembangunan dikembalikan ke posisi awal lagi. Namun tidak digubris dan malah ditertawakan oleh pihak pemborong.
“Memang sekarang ini menyempit. Lihat saja bangunan awalnya irigasi ini cukup lebar,” katanya. (Abdul Latif)***