TAWANG, (KAPOL).-
Pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Jawa Barat ke-34 yang digelar di Komplek Olahraga Wiradadaha Kota Tasikmalaya, Minggu (17/4/2016), menyisakan tanda tanya besar bagi masyarakat.
Pasalnya Kepala Kementerian Agama Wilayah Jawa Barat (Kakanwil Kemenag), A. Bukhori menginginkan MTQ tingkat Jabar di Kota Tasikmalaya menjadi MTQ terakhir dari isu sewa menyewa peserta.
Menurut Bukhori, setiap perhelatan MTQ selalu diwarnai isu tersebut. Ia berharap tidak ada lagi peserta yang disewa demi memenuhi ambisi juara.
“Ini harus yang terakhir,” kata Bukhori dalam sambutan.
Pengakuan Kakanwil itupun seolah pengakuan kejujuran karena ajang syiar mempopulerkan Alquran selalu dicederai kepentingan-kepentingan tertentu.
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Kota Tasikmalaya, Fauz Noor, pengakuan itu sangat memalukan. Karena sewa menyewa peserta memang benar adanya dalam setiap ajang MTQ.
“Ini membuktikan pengkaderan ditiap daerah mengalami kesulitan sehingga harus menyewa peserta dari luar daerah,” ujarnya.
Meski demikian, Ketua Panitia Lokal MTQ, Idi S Hidayat menjelaskan kenapa dibentuk dewan pengawas hakim juga untuk menjaga kemurnian peserta.
Ia yakin dengan pemberlakuan E-KTP memudahkan pengawas mengetahui ada tidaknya peserta luar daerah.
“Ada sidik jari disetiap E-KTP. Pendaftar akan diketahui identitasnya,” ucap Idi.
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya ini pun menegaskan kalau ditemukan ada peserta yang diluar ketentuan akan didiskualifikasi serta dewan hakimnya disanksi selama dua periode tidak bisa jadi lagi menjadi hakim.
“Setiap daftar ulang selalu ada pengecekan sidik jari. Kami yakin semua murni,” tuturnya.
Selaku tuan rumah, Idi juga mengungkapkan bahwa Kota Tasikmalaya menargetkan juara umum. Setelah sebelumnya di MTQ tahun 2014 berada pada urutan kedua di bawah Kota Bandung. (Jani Noor)