TARIAN Bali dengan gamelannya yang menghentak, membuka acara Malam Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-73 di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Noumea, Ibu Kota New Caledonia, Jumat tanggal 17 Agustus 2018 sekitar pukul 18.30 waktu setempat.
Ratusan yang hadir di halaman KJRI Noumea, mendadak terdiam. Matanya lekat menatap Shopie Soedjitno, sang penari, yang meliuk-liukan tubuhnya dibarengi dengan gerakan tangan dan lirikan matanya yang atraktif.
Tari Bali selesai dimainkan, ditampilkan Tari Jaipong. Semua yang hadir kembali terdiam. Mereka seperti terhipnotis dengan suara gendang yang ritmis yang mengiringi goyangan-goyangan eksotis tubuh sang penari. Hawa 12 derajat Celcius di Noumea yang dinginnya mencubit kulit saat itu, seolah terlupakan.
Inilah puncak acara kegiatan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-73 di New Caledonia yang dipusatkan di KJRI Noumea.
Usai Tari Jaipong, seorang lelaki kelahiran Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, tampil ke podium untuk memberikan sambutan. Itulah Asep Hermawan, salah seorang pejabat di KJRI Noumea. Ia didaulat menjadi Ketua Panitia HUT RI ke-73 di KJRI Noumea. Dengan bahasa Indonesia campur Prancis dan Inggris, laki-laki ini memberikan sambutan atas nama KJRI Noumea.
Asep Hermawan sudah dua tahun bertugas di KJRI Noumea. “Asa di lembur, Kang, ningali tari Jaipong jeung ngadenge sora kendang teh,” tutur Asep Hermawan, dalam WA-nya kepada Kabar Priangan, Minggu (19/8/2018).
Asep mengaku, begitu Tari Jaipong tampil, bayangannya langsung ke Garut, tempat lahirnya, yang jaraknya beribu-ribu mil dari tempat kerjanya sekarang.
Saat Chating dengan Kabar Priangan, Asep yang berada di New Caledonia baru saja menunaikan shalat magrib, sementara di Garut saat itu waktu menunjukkan pukul 14.00 Wib siang.
ASEP Hermawan (kedua dari kanan di Monumen Indonesia bersama diaspora Indonesia di New Caledonia (foto: istimewa)
New Caledonia merupakan wilayah Prancis. Letaknya di lautan Pasifik Selatan. Menurut Asep, ada beberapa orang warga Priangan Timur yang menetap di New Caledonia. Tiga di antaranya menjadi pegawai KJRI Noumea, sebagian lagi bekerja di perusahaan-perusahaan dan ada pula yang membuka usaha sendiri.
“Jeung aranjeunna asa dulur pet ku hinis, bubuhan di pangumbaraan. Lamun ngobrol ge make Bahasa Sunda we. Jadi urang New Caledonia nu sapopoena basa Prancis, rungah-ringeuh teu ngartieun,” ujar Asep. Pesan di WA-nya terselip emoticon “tertawa”.
Ditambahkannya, orang Indonesia memang banyak sekali di New Caledonia. Namun mereka umumnya orang Jawa, hanya sebagian kecil di luar Jawa, terutama Sunda.
New Caledonia memang mirip Suriname, banyak sekali orang Jawa. Keberadaan orang Jawa di wilayah Prancis ini dimulai tahun 1800-an. Mereka didatangkan ke New Caledonia untuk dipekrjakan di perusahan-perusahaan milik Prancis. Hingga kini telah beranak pinak, orang Jawa banyak yang menduduki jabatan penting di New Caledonia, bahkan ada juga yang menjadi anggota dewan.
Menurut Asep, makanan pokok warga New Caledonia adalah beras. Namun karena tak ada lahan sawah di wilayah ini, maka beras beras diimpor dari dari Vietnam, India, dan Thailand.
“Harga beras di sini selangit, Kang, kendati demikian mudah didapat sebab tersedia banyak di warungan…”katanya.
Bagi Asep dan keluarga dari Priangan Timur lainnya yang semuanya muslim, yang menjadi persoalan adalah makanan halal. Sebagai wilayah Prancis, kondisi sosial budaya New Caledonia Eropa banget.
“Saya dan keluarga tak berani makan di restoran-restoran di wilayah ini karena kehalalannya tak terjamin. Dan di New Caledonia tak ada restoran halal,” tambahnya.
Masjid pun hanya ada dua New Caledonia, yakni di Noumea (Islamic Centre) dan di Kota Bourail.
Sebagai pegawai Kemenlu, Asep dan keluarga telah melanglangbuana ke berbagai negara. Sebelumnya ia sempat bertugas di Iran selama 4 tahun, kemudian di Libya 4 tahun, di Suriah 4 tahun dan di New Caledonia baru 2 tahun.
Asep mengatakan, kerinduannya ke Garut memang kadang tak bisa ditahan. Namun berkat tekonologi IT yang yang berkembang sangat maju, Garut dengan New Kaledonia kini seolah tak berjarak. Tinggal buka internet, maka kejadian-kejadian di Garut langsung terpantau.
Awal September yang akan datang, katanya, ia ada kunjungan tugas ke Indonesia. “Insya Allah saya akan menyempatkan diri menengok keluarga di Garut,” paparnya. (Amal)***