TAWANG, (KAPOL),-
Menyikapi adanya proses rekruitmen peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang bertendensi pada pola transaksional memang harus dievaluasi.
Namun, evaluasi tersebut bukan harus pada penghilangan MTQ, tetapi pada proses rekruitmen peserta.
“Kalau ada yang memandang kesucian MTQ dicederai, bukan dihilangkan MTQ nya tapi diperbaiki proses rekruitmen pesertanya,” kata Ketua Harian LPTQ Kota Tasikmalaya, KH Didi Hudaya, Kamis (21/4/2016).
Menurut KH Didi, dalam even apapun, dikelompok manapun hal yang baik dan buruk akan selalu berdampingan. Salah satunya di MTQ dengan terjadinya transaksional peserta.
Maka, solusi tersebut bagaimana kemurnian peserta terus terjaga, jangan sampai ikut MTQ demi menjadi juara sehingga harus memanipulasi identitas peserta.
“Untuk MTQ Jabar di Kota Tasik ini sudah begitu ketat. Buktinya sejumlah peserta ada yang didiskualifikasi akibat terindikasi peserta undangan bukan asli daerah,” ucapnya.
KH Didi pun mencontohkan Masjid sebagai tempat suci tetap saja ada yang berniat buruk. Tak semua yang ke Masjid beribadah tapi ada juga yang mencuri sandal.
“Nah apakah harus dihilangkan Masjidnya, atau diperbaiki pola keamanannya. Maka MTQ harus tetap dipertahankan, tapi perketat proses seleksi pesertanya,” kata KH Didi.
Untuk itu, MTQ tetap syiar, bukan semata meraih gelar meski ada istilah juara dan tidak juara sehingga MTQ harus terus dipertahankan.
“Alhijr ayat sembilan mengatakan, sesungguhnya kami yang menurunkan Alquran dan kami lah pemelihara-pemeliharanya. Artinya Allah SWT yang menjaga kemurnian ayat Alquran itu. Dan MTQ salah satu saran untuk memelihara Alquran karena pemeliharaan Allah SWT di bumi, ya salah satunya oleh para penghafal dan qori. Jadi kalau MTQ dihilangkan ya sama saja tidak memelihara alquran tersebut karena yang harus diperbaiki tekhnis pelaksanaan,” ujar KH Didi. (Jani Noor)