TASIKMALAYA, (KAPOL).-
Kondisi logam mulia merangkak naik seusai libur lebaran kali ini. Ditutup hingga per Kamis, (14/7/2016) satu gram batu kuning ini ada di kisaran angka 607.000 rupiah. Dari semula disepanjang Ramadhan kemarin, emas berada pada posisi 580.000 – 590.000 rupiah per gram.
Deputi Bisnis Kantor Pegadaian Area Tasikmalaya Dadan Kadarsah mengatakan menguatnya pergerakan harga logam mulia di awal minggu ini merupakan sinyal positif untuk masyarakat kembali memulai investasinya kembali. Sebab, tidak dipungkiri, momentum spesial kemarin, cenderung didominasi pengeluaran yang konsumtif.
“Jangan sampai kita terlena dengan dana yang ada, tetap harus ada yang dijadikan sebagai cadangan khususnya di aset produktif. Ini sangat berguna untuk penyangga modal kerja, dana naik haji, atau anak sekolah sekalipun,” kata dia, Kamis (14/7/2016) kemarin.
Sekalipun, saat ini harga tengah melambung tinggi, namun Dadan menegaskan jika masyarakat yang berinvestasi logam mulia cenderung tidak spekulan. Dalam arti, memanfaatkan momentum ini untuk menjual logam mulianya. “Sebab mereka telah paham, harga bisa bergerak lebih tinggi, dan lebih baik logam mulia ini disimpan saja apalagi jika mengingat investasinya yang bersifat jangka panjang,” tambah dia.
Maka itu, untuk menyiasati kebutuhan mendesak yang ada, Pegadaian sendiri mengarahkan logam mulia tersebut dititipkan melalui pihaknya. Dengan angka yang tinggi saat ini, otomatis taksiran harganya pun akan tinggi pula. “Gadai akan jauh lebih efektif, ketimbang melepaskan logam mulia ini untuk dijual, ya ini juga membuktikan jika investasi di logam mulia sama sekali tidak merugi,” tegas pria berkacamata tersebut.
Meski beberapa waktu ini, transaksi memang lebih mengarah kepada gadai emas, lantaran kebutuhan yang menjulang tinggi mengingat kebutuhan anak sekolah dan lepas lebaran. Namun pihaknya optimistis beberapa waktu ke depan, hal tersebut dapat terkoreksi. “Memang di minggu ini ya investasi masih tertahan, tapi minggu-minggu ke depan, kami optimis ini dengan semakin menguatnya harga juga, akan semakin positif trennya,” ujar Dadan.
Dia juga menjelaskan, jika pergerakan harga logam mulia ini tidak dipengaruhi faktor Lebaran, Ramadhan, seperti umumnya harga komoditi lain. Karena lebih signifikan, pergerakan terjadi banyak hal, dengan faktor terbesar berasal dari makro, perdagangan luar negeri, dolar, harga emas internasional, dan banyak hal.
“Seperti halnya hukum ekonomi, supply tinggi ya jelas demand juga demikian. Ini mengapa logam mulia sekarang ada di level cukup tinggi, artinya permintaan juga tinggi. Misalnya ketika di pasar internasional naik, ini umumnya permintaan negara tertentu seperti Cina dan India yang biasa dalam perayaan agamanya itu memiliki tren logam mulia, otomatis membuat pengaruh pada pergerakan juga. Kalau di Indonesia, masih belum begitu,” tambahnya. (Astri Puspitasari)***